Kamis, 15 November 2012

Rindu

Wahai kamu, aku rindu.. 
Setelah kepergianmu hari itu,
Setelah tanpa kata2 lagi padaku,
Setelah perhatianmu tak ada lagi untukku..

Wahai kamu, aku rindu..
Mungkin kau takkan pernah tahu,
Dalam benakku selalu ada bayangmu,
Dalam mimpiku selalu ada dirimu, 
Dalam hatiku masih bertuliskan namamu.. 

Wahai kamu, aku rindu.. 
Pada setiap kata yang bergulir, 
Pada setiap potongan kenangan yang terukir, 
Pada setiap waktu yang mengalir..

Wahai kamu, aku rindu.. 
Namun hanya rindu, 
Bukan berarti ingin mengulang waktu bersamamu.. 

Selasa, 23 Oktober 2012

Jika aku adalah kata, maka engkaulah abjadnya.
Tidak memerlukan tanda baca untuk membuatku bermakna.
Aku hanya memerlukan kamu sebagai "nyawa".

Kamis, 11 Oktober 2012


Embunku..
Bila esok tiba, berpijaklah pada bunga mawar yang sedang mekar.
Beri dia sentuhan halus dengan beningnya ragamu.
Niscaya mataharimu akan takjub dan terpesona ketika menyinarimu.

Aku mau tiap pagi kita bernyanyi dengan alam,
Kita sebarkan lirik-lirik kasih yang kita cipta.
Biarkan sang bayu membawa pesan cinta kita, kemana ia berhembus..

dari Matahariku

Embunku..
Ketika malam tiba, maukah kau slalu menemaniku di balik gelapnya awan?
Aku mau kita memetik dua bintang, kita ukir nama kita di bintang itu.
Dan setiap malam kita bisa slalu terpesona dengan pijarnya..

sajak dari Matahariku, beberapa menit yang lalu

Rabu, 10 Oktober 2012

Bila merindumu itu dosa, pastilah nanti aku berkerak di neraka.
Selamat pagi, nafas kedua..

Selasa, 09 Oktober 2012

Datang


Kalau kamu datang,
aku berjanji tidak akan bertanya kenapa baru sekarang.
Kalau kamu datang,
aku berjanji tidak akan membuatmu berdiri di depan pintu terlalu lama.
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya,
hati mana saja yang telah kau lewati untuk sampai di sini.
Karena dengan langkahmu, aku terbangun,
dari mati suri yang aku nina-bobokan sendiri.
Kalau kamu datang, tolong jangan pergi.
Aku lelah menjaga pintu.
Kalau kamu datang, aku berani sumpah,
aku tenang..

by Rahne Putri, on Sadgenic

Cinta Itu


Cinta,
Deretan lima huruf dengan jutaan makna.
Yang datang tanpa bisa diterka,
Yang tak berhak atas kata “mengapa”

Cinta,
Cinta itu kamu, sejak saat itu.
Menjelma dari kata menjadi nyata.
Dari kesendirian menjadi kebersamaan.

Cinta,
Cinta itu indah, pada hakekatnya.
Cinta itu syahdu, memeluk kalbu.
Cinta itu bebas, meski dengan batas.

Cinta,
Cinta itu aku.
Cinta itu kamu.
Cinta itu kita.
Cinta itu percaya.

Namun..

Apakah cinta jika merasa terpenjara?
Apakah cinta jika tak dipercaya?
Apakah cinta jika selalu berderai air mata?

Aku ingin dicinta dengan segenap rasa.
Aku ingin dicinta tanpa curiga.
Aku ingin dicinta dengan kamu sebagai pasangannya.

Karena..
Cinta itu aku,
Cinta itu kamu,
Cinta itu kita,
Cinta itu PERCAYA.

Jumat, 05 Oktober 2012

Menunggu


Waktu seakan lambat berjalan, berjalan di atas jarak yang memisahkan kita.
Di atas segala kerinduan yang terpendam.
Dan di atas rasa ini, rasa yang selalu aku jaga.

Tak terhitung waktuku menantimu.
Ya kamu, orang yang menyita sebagian besar perhatianku.
Orang yang membuat segala hal kalah, hanya kamu pemenangnya.

Aku masih akan berada di sini, dan tetap di sini.
Hingga waktunya tiba.
Saat raga tak berjarak,
Saat hati menepi.

Menantimu bukan hanya sekedar menaklukkan waktu,
Tapi juga pergulatanku untuk berpihak pada kesetiaan.
Menantimu bukan hanya sekedar menabung rindu,
Tapi juga perjuanganku untuk melawan kesepian .

Dalam jarak, aku menunggu..
Dalam jarak, aku mencinta..

Hujan


Hujan..
Ya, saat jatuhnya tetes-tetes air ini sudah kurindukan sejak lama.
Membawa aroma lembut tanah yang merasuk sukma.
Membasuh bumi, sejukkan hati.

Hujan..
Menggiring kembali semua kenangan.
Kenangan antara aku, kamu, kita.
Seakan menculikku ke kubikal waktu itu.
Memutar episode-episode kebersamaan kita.

Hujan..
Mengantarkan bayangmu ke dalam benakku.
Membuka kembali luka dan bahagia secara bersama.
Namun tetap meninggalkan senyuman indah.

Hujan..
Telah menemaniku hari ini.
Menghadirkan sepenggal cerita lalu, dan bayangan hangat sosokmu.

Terima kasih, wahai hujan…

Secangkir Kopi Untukmu

Lima menit sebelum alarmmu berbunyi, aku selalu bangun lebih awal menyiapkan kopi untukmu.
1:2 takaran favorit si hitam dan si putih, dengan air panas tanpa campuran air dingin.

Tepat jam enam aku mematikan alarmmu, membangunkanmu dengan aroma kopi dan ciuman bertubi. Dan ahh senyuman itu, senyuman manis yang selalu kau sunggingkan. Sambil berkata lirih, “Selamat pagi, baby.”

Sedikit demi sedikit kau nikmati kopi hitammu sambil memantau berita pagi ini. Rutinitas yang sedikitpun tak pernah terlewatkan. Sebelum matahari beranjak lebih tinggi dan memaksa kita berpisah untuk sementara.

Secangkir kopi buatan tanganku akan selalu menemani pagimu. Karena di dalam secangkir kopi itu tidak hanya tertuang minuman, namun tercipta cinta dan juga bukti pengabdian.

Secangkir kopiku, akan selalu ada untukmu…